Kamis, 12 April 2012


Abdi Allah



Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Adz-Dzaariyat : 56.

Hadits Rasulullah yang sangat  masyhur dari Umar bin Khathab berkata :
عن عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِرضى الله عنهقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِصلى الله عليه وسلميَقُولُ « إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Saya mendengar Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang itu tergantung terhadap apa yang dia niatkan, maka barang siapa yang  hijrohnya untuk Allah dan Rasul Nya maka hijrohnya itu untuk Allah dan Rasul Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia maka dia akan mendapatkannya atau hijrahnya untuk seorang wanita maka dia akan menikahinya, maka hijrahnya itu tergantung pada apa yang dia hijrah untuknya.”
(HR. Bukhori 1, Muslim 1907)

Bahwa hidup kita ini hanya untuk beribadah kepada Allah, maka menjadi AbdiNya menuntut pengorbanan. Namun berkorban untuk Allah adalah suatu kecerdasan. Kenapa bisa begitu? Karena yang dikorbankan sedikit, dibandingkan imbalan yang diterima  kelak di akhirat. Seperti Firman Nya

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al Baqarah 155)

Apa bedanya dengan berkorban untuk kepentingan dunia? Untuk karir misalkan..  Toh juga harus ada yang dikorbankan? Mengejar karir juga bukan hal yang mudah bukan? terkadang harus mengorbankan waktu tidur kita, kesehatan kita menurun karena hak istirahat tubuh kita korbankan demi mengerjakan sesuatu yang harus cepat diselesaikan. Usaha keras yang ditujukan untuk kepentingan dunia (kekayaan/kedudukan/wanita/dll), maka imbalannya adalah setimpal di dunia sesuai usahanya.

Menjadi Abdi Allah menuntut kesusahan. Menikah misalkan. Banyak dari kita yang tidak siap secara financial pada saat akan menikah. Kita korbankan masa remaja agar terhindar dari perzinahan. Jika kita niatkan karena itu sunnah Rasulullah, maka imbalannya ada dua. Satu diberikan di dunia, dan sisanya ada milyaran akan diberikan di akhirat kelak. Begitu halnya dengan para syuhada yang berperang demi melawan musuh-musuh Islam. Juga para Dai yang berdakwah di daerah terpencil, mereka korbankan waktu bersenang-senang mereka di kota bersama anak istrinya.

Mereka yang berdakwah bukan untuk uang, justru untuk kegiatan dakwahnya tersebut, mereka keluarkan dari kantong pribadinya. Jalur transportasi yang tidak memadai memaksa mereka harus berjalan kaki dari lokasi satu ke lokasi lainnya. Belum lagi ancaman-ancaman yang harus mereka hadapi dari penduduk lokal yang membuat mereka ikhlas meskipun nyawa menjadi korban.

Berkebalikan dengan para dai yang kini berlomba-lomba pasang tariff, jika tidak sesuai tariff maka tidak mau datang. Pengabdian kepada Allah mereka jual dengan harga yang sangat murah. Mengapa murah? Adalah pasti bahwa sebuah pengorbanan akan mendatangkan imbalan hasil. Bedanya terletak pada besar kecilnya imbalan yang akan diterima. Pengorbanan kita di dunia tidaklah begitu ada artinya jika dibandingkan Imbalan yang akan diterima di akhirat nanti. Maka dari itu imbalan dunia sangatlah murah.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.  janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya  daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah : 111)

Namun ada syaratnya. Allah SWT memberi syarat jual beli, Pertama Ikhlas, bukan mau pamer atau membuat kesan. Kedua Benar, sesuai syari’at, sesuai tuntunan. tentu saja Rasulullah sebagai acuannya. Maka belajarlah pada mereka yang pandai lagi bijaksana. Karena semakin luas wawasan seseorang maka ia akan semakin pandai dan bijak dalam mengajarkan sesuatu. Bukan menggurui atau mendikte.

Wallahualam bishawab….

Tidak ada komentar: