Abdi Allah
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Adz-Dzaariyat : 56.
Hadits Rasulullah yang
sangat masyhur dari Umar bin Khathab berkata :
عن عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ – رضى الله عنه – قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Saya mendengar Rasulullah
bersabda : “Sesungguhnya amal perbuatan
itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang itu tergantung
terhadap apa yang dia niatkan, maka barang siapa yang hijrohnya untuk
Allah dan Rasul Nya maka hijrohnya itu untuk Allah dan Rasul Nya, dan
barangsiapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia maka dia akan mendapatkannya
atau hijrahnya untuk seorang wanita maka dia akan menikahinya, maka hijrahnya
itu tergantung pada apa yang dia hijrah untuknya.”
(HR. Bukhori 1, Muslim 1907)
(HR. Bukhori 1, Muslim 1907)
Bahwa hidup kita ini hanya untuk
beribadah kepada Allah, maka menjadi AbdiNya menuntut pengorbanan. Namun berkorban
untuk Allah adalah suatu kecerdasan. Kenapa bisa begitu? Karena yang
dikorbankan sedikit, dibandingkan imbalan yang diterima kelak di akhirat. Seperti Firman Nya
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al Baqarah 155)
Apa bedanya dengan berkorban untuk kepentingan dunia?
Untuk karir misalkan.. Toh juga harus
ada yang dikorbankan? Mengejar karir juga bukan hal yang mudah bukan? terkadang
harus mengorbankan waktu tidur kita, kesehatan kita menurun karena hak
istirahat tubuh kita korbankan demi mengerjakan sesuatu yang harus cepat
diselesaikan. Usaha keras yang ditujukan untuk kepentingan dunia
(kekayaan/kedudukan/wanita/dll), maka imbalannya adalah setimpal di dunia
sesuai usahanya.
Menjadi Abdi Allah menuntut kesusahan. Menikah misalkan.
Banyak dari kita yang tidak siap secara financial pada saat akan menikah. Kita
korbankan masa remaja agar terhindar dari perzinahan. Jika kita niatkan karena
itu sunnah Rasulullah, maka imbalannya ada dua. Satu diberikan di dunia, dan
sisanya ada milyaran akan diberikan di akhirat kelak. Begitu halnya dengan para
syuhada yang berperang demi melawan musuh-musuh Islam. Juga para Dai yang
berdakwah di daerah terpencil, mereka korbankan waktu bersenang-senang mereka
di kota bersama
anak istrinya.
Mereka yang berdakwah bukan untuk uang, justru untuk
kegiatan dakwahnya tersebut, mereka keluarkan dari kantong pribadinya. Jalur
transportasi yang tidak memadai memaksa mereka harus berjalan kaki dari lokasi
satu ke lokasi lainnya. Belum lagi ancaman-ancaman yang harus mereka hadapi
dari penduduk lokal yang membuat mereka ikhlas meskipun nyawa menjadi korban.
Berkebalikan dengan para dai yang kini berlomba-lomba
pasang tariff, jika tidak sesuai tariff maka tidak mau datang. Pengabdian
kepada Allah mereka jual dengan harga yang sangat murah. Mengapa murah? Adalah
pasti bahwa sebuah pengorbanan akan mendatangkan imbalan hasil. Bedanya terletak pada besar kecilnya
imbalan yang akan diterima. Pengorbanan kita di dunia tidaklah begitu ada artinya jika dibandingkan Imbalan
yang akan diterima di akhirat nanti. Maka dari itu imbalan dunia sangatlah
murah.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min
diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang
pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual
beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah : 111)
Namun ada syaratnya. Allah SWT memberi syarat jual beli, Pertama
Ikhlas, bukan mau pamer atau membuat kesan. Kedua Benar, sesuai syari’at,
sesuai tuntunan. tentu saja Rasulullah sebagai acuannya. Maka belajarlah pada
mereka yang pandai lagi bijaksana. Karena semakin luas wawasan seseorang maka
ia akan semakin pandai dan bijak dalam mengajarkan sesuatu. Bukan menggurui
atau mendikte.
Wallahualam bishawab….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar