Ayat-ayat berikut ini, yang disebutkan dalam Al Quran 1400 tahun yang lalu sebenarnya untuk kita, manusia akhir zaman, mengapa? karena kita lebih tahu dan mengerti. Pada zaman Rasulullah hingga abad pertengahan belum ditemukan pengetahuan baru mengenai fisika, sifat-sifat zat, gelombang elektromagnetik, kecepatan cahaya, kecepatan suara. Tentang bumi, langit dan alam semesta seluas pengetahuan manusia zaman ini.
Para Imam besar pun seperti Imam Maliki atau Imam Syafi'i belum mengetahui apa maksud bumi dihamparkan dan langit ditinggikan (sebelum mereka memahami tentang pergeseran lempeng-lempeng bumi dan perkembangan langit)
Kita lah yang harusnya mengkaji ayat-ayat ini. Di sekolah telah diajarkan tentang perkembangan embrio bayi dalam rahim ibunya, sejak sperma bertemu ovum hingga menjadi janin. Banyak dari kita yang telah mengerti vulkanologi, juga tak perlu menjadi ahli geologi untuk sekedar tahu bahwa selama jutaan tahun, lempeng benua ini bergerak 10 cm per tahun, sebagaimana karpet yang dihamparkan.
Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,
Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan?
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
An Ghashiyah: 17 - 20
Mereka (Para Malaikat) diciptakan Allah dari Cahaya
sehingga bisa bergerak dengan kecepatan cahaya
(300.000 Km /detik) bisa
jadi lebih.
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian.” ( HR. Muslim )
dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
Kurang lebih 100 tahun lalu, ditemukanlah kecepatan cahaya oleh Albert Abraham Michelson seorang keturunan Bani Israil di Prusia. Kemudian setelah itu, Albert Eistein mengemukakan teori tentang Teori Relativitas dan Dilatasi Waktu.
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian.” ( HR. Muslim )
dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan
kencang,
An Nazi’at : 3 – 4Kurang lebih 100 tahun lalu, ditemukanlah kecepatan cahaya oleh Albert Abraham Michelson seorang keturunan Bani Israil di Prusia. Kemudian setelah itu, Albert Eistein mengemukakan teori tentang Teori Relativitas dan Dilatasi Waktu.
di Al Qur’an terdapat banyak informasi tentang relatifitas waktu itu
Sebagai Kajian:
Sebagai Kajian:
Perhatikan Firman Allah berikut:
Ayat berikut menjelaskan perbandingan waktu Bumi
dengan Waktu Sidratul Muntaha
Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu
disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya.
Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu
adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu
Al Hajj : 47
Ayat berikut menjelaskan kecepatan data yang berisi URUSAN (Informasi)
dari Bumi menuju Sidratul Muntaha
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian
(urusan) itu naik kepada-Nya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu.
As Sajdah : 5
Kesimpulan:
di
Akhirat nanti,
hidup
kita sekarang ini
hanya
akan terasa:
1.5 JAM SAJA
Maka benarlah apa yang difirmankan Allah dalam Al Quran
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu,
mereka merasa seakan-akan tidak tinggal
(di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore
atau pagi hari.
An-Naazi’aat : 46
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu
tinggal di bumi?”
Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari
atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang menghitung. Allah
berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu
sesungguhnya mengetahui
Al-Mu’minuun :
112-114
PENUTUP
Maka mengkaji Al Quran akan lebih terasa maknanya jika kita juga memahami pengetahuan tentang alam semesta serta hukum fisika yang berlaku di dalamnya.
Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang
dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia
yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).
Al Baqarah : 269
Maka tidak layak bagi seseorang mengaku dan memberitakan tentang hal yang ghaib tanpa dasar ilmiah.
“Katakanlah (Ya Muhammad): “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah” (QS. An-Naml: 65).
Maka tidak layak bagi seseorang mengaku dan memberitakan tentang hal yang ghaib tanpa dasar ilmiah.
“Katakanlah (Ya Muhammad): “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah” (QS. An-Naml: 65).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar